Gunung Penanggungan, Gunung Berapi dengan Sejuta Pesona & Sejarah di Jawa Timur

Gunung Penanggungan, Gunung Berapi dengan Sejuta Pesona & Sejarah di Jawa Timur
Gunung Penanggungan, Gunung Berapi dengan Sejuta Pesona & Sejarah di Jawa Timur

Gunung Penanggungan disebut juga dengan Gunung Pawitra dengan ketinggian 1.653 meter di atas permukaan laut. Lokasinya berada satu kompleks dengan Gunung Welirang dan Gunung Arjuno yang memiliki ukuran lebih besar di Mojokerto. Dalam sejarah Hindu-Buddha, Gunung Pawitra dianggap sebagai gunung yang keramat, sehingga ditemukan banyak bangunan Hindu-Buddha di sini.

Keunikan dari sisi sejarah tersebut menjadi salah satu alasan Gunung Pawitra sering dijadikan jalur pendakian. Ukurannya yang kecil dengan puncak yang rendah sangat cocok sebagai langkah pemanasan sebelum menaklukkan gunung yang lebih tinggi. Tidak hanya itu, gunung yang keramat ini juga sering dijadikan sebagai destinasi liburan dan wisata alam.

Daya Tarik yang Dimiliki Gunung Penanggungan

  1. Dianggap Sebagai Gunung yang Suci dan Keramat

Dalam pemikiran Jawa di masa Hindu-Buddha, Pawitra dikenal sebagai gunung yang suci karena merupakan jelmaan dari Mahameru. Hal ini dijelaskan di dalam Kitab Tantu Panggelaran Saka 1557 atau setara dengan 1653 Masehi. Di dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa para dewa sepakat jika manusia berkembang di Jawadwipa atau yang sekarang disebut dengan Pulau Jawa.

Akan tetapi, Pulau Jawa tidak stabil dan sering bergoncang karena terpaan ombak lautan. Akhirnya, para dewa memindahkan Gunung Mahameru di Jambhudwipa menuju Jawadwipa untuk menstabilkan Pulau Jawa. Dalam perjalanan memindahkan Mahameru tersebut, ada sebagian Gunung Mahameru yang rontok dan membentuk deretan gunung dari barat ke timur Pulau Jawa.

Runtuhan yang paling besar menjelma Gunung Semeru dan puncak Mahameru menjadi Gunung Pawitra yang saat ini dikenal sebagai Penanggungan. Itulah mengapa Penanggungan dianggap sebagai gunung yang suci dan keramat oleh masyarakat Hindu-Buddha yang ada di Jawa. Hal ini juga terbukti dari banyaknya situs arkeologi dan spiritual yang dibangun pada masa Hindu-Buddha.

  1. Memiliki Banyak Peninggalan Arkeologi dan Spiritual Hindu-Buddha

Sebagai gunung yang dianggap keramat dan suci oleh masyarakat Hindu-Buddha, Pawitra memiliki ratusan peninggalan arkeologi dan spiritual. Peninggalan tersebut tersebar mulai dari kaki gunung, lerengnya, hingga hampir menuju puncak. Peninggalan tersebut berupa candi, objek tunggal, pertapaan, jalan lintas, maupun petirtaan pada masa Hindu-Buddha di Jawa Timur.

Tidak hanya bangunan yang ditemukan, tetapi juga ditemukan benda-benda pendukung untuk melakukan upacara dan pertapaan. Bangunan candi yang ditemukan di Gunung Pawitra ini memiliki bentuk yang unik. Keunikan tersebut karena bangunannya tidak berdiri sendiri, melainkan menempel pada lereng atau dinding gunung dan menjadi satu-kesatuan.

Banyak bentuk candi berupa punden berundak yang dikenal sebagai ciri khas dari gaya bangunan pemujaan yang ada di Nusantara. Dengan banyaknya bangunan dan benda peninggalan yang ditemukan di Gunung Penanggungan, kawasan gunung ini ditetapkan sebagai cagar budaya pada tahun 2015. Dengan begitu, peninggalan yang ada di dalamnya dijaga dengan baik.

  1. Cocok Sebagai Jalur Pendakian Bagi Pemula

Ukuran gunung yang kecil dan tidak terlalu tinggi memang sangat cocok untuk jalur pemanasan. Hal ini sangat dibutuhkan oleh pendaki pemula sebelum menaklukkan gunung lain yang lebih besar dan tinggi. Selain itu, Gunung Pawitra juga sudah memiliki beberapa jalur pendakian, diantaranya jalur Ngoro, jalur Tamiajeng, jalur Kedungudi, jalur Jalatunda, dan jalur Wonosunyo.

Bagi pendaki yang ingin merasakan pendakian rendah bisa mencoba jalur pendakian Gunung Pawitra. Pemandangan di gunung ini juga sangat indah dan banyak bangunan peninggalan zaman purbakala. Dengan jalur yang rendah, waktu yang dibutuhkan untuk mendaki juga tidak lama, hanya sekitar tiga hingga enam jam saja dengan jalur yang terbilang mudah.