Pengadaan sprint race di MotoGP mulai 2023 terus menuai kontroversi. Sebelumnya, sesi ini mendapatkan protes dari banyak rider karena meningkatkan risiko kecelakaan sehingga risiko cedera juga meninggi. Kini, para pabrikan peserta dikabarkan enggan menyediakan bonus untuk para rider mereka yang memenangi sprint race.
Seperti yang diketahui, FIM, Dorna Sports, dan IRTA secara mengejutkan mengambil keputusan menggelar sprint race pada hari Sabtu di setiap pekan balap MotoGP pada 2023. Langkah ini mengundang amarah para rider, karena mereka, sebagai orang yang mempertaruhkan nyawa di lintasan, tak diajak diskusi terlebih dahulu.
Format sprint race sudah diterapkan di WorldSBK sejak 2019 dengan sesi yang dinamakan ‘Superpole Race’, digelar setiap Minggu pagi sebelum balapan kedua (Race 2). Format serupa juga diterapkan Formula 1 dengan nama ‘Sprint’ sejak 2021 dengan menggelarnya di tiga seri, dan akan bertambah menjadi enam pada 2023.
Sprint race di MotoGP akan memiliki durasi 50% dari main race yang digelar pada Minggu. Posisi start baik sprint race maupun main race akan sama-sama ditentukan dari hasil sesi kualifikasi, yang masih akan digelar dengan format Kualifikasi 1 (Q1) dan Kualifikasi 2 (Q2).
Pemberian poin sprint race MotoGP sama persis dengan Superpole Race WorldSBK, yakni hanya diberikan kepada sembilan pembalap terdepan dengan sistem setengah poin dari main race. Meski diprediksi bakal bikin seru perebutan gelar dunia, sprint race diprotes banyak rider karena beban kerja mereka bertambah.
Janggalnya lagi, manajer pribadi Enea Bastianini, Carlo Pernat, menyatakan para pabrikan peserta MotoGP tak mau memberikan bonus kepada para rider mereka yang memenangi sprint race. Lewat GPOne, Rabu (7/12/2022), Pernat menyebut langkah ini tak adil, karena rider juga butuh penghargaan lewat balapan ini.
“Ada masalah besar yang telah tercipta. Para manajer (pribadi) sedang diskusi, karena para pabrikan enggan memberikan bonus ‘mini’ untuk sprint race. Para rider marah, tapi para pabrikan tak mendengarkan. Saya rasa, jika ada balapan pada Sabtu dengan setengah poin, maka para rider juga harus dapat setengah bonus,” ujar Pernat.
Pria Italia yang juga eks Manajer Tim Aprilia Racing ini sudah bicara dengan Albert Valera selaku manajer Aleix Espargaro dan Jorge Martin, serta Giovanni Balestra selaku manajer Maverick Vinales. Menurutnya, Dorna gegabah mencari langkah meningkatkan ketertarikan fans pada MotoGP pasca era Valentino Rossi.
Pernat yakin seharusnya Dorna meminta saran dari para eks manajer tim MotoGP. “Tak semua masalah telah dianalisis. FIM sendiri absen. Ada tekanan pada Dorna dan mereka ambil keputusan secara terburu-buru ketimbang mengandalkan para eks manajer seperti Davide Brivio dan Livio Suppo misalnya,” tutupnya.