Sunat atau khitan menjadi hal yang wajar dilakukan pria. Biasanya sunat dilakukan saat usia anak atau awal remaja. Secara medis, sunat, yang juga dikenal dengan istilah sirkumsisi, sebenarnya tidak diwajibkan. Tapi dalam hukum Islam, sunat menjadi hal yang wajib dilakukan pria.
Di sejumlah masyarakat juga muncul kepercayaan, jika tidak pernah sunat, si pria bisa jadi mandul. Apa benar pria yang tidak sunat bisa mandul?
Dokter spesialis kandungan di Rumah Sakit YPK Mandiri, Andon Hestiantoro mengatakan belum ada bukti ilmiah yang membenarkan bahwa pria yang tidak sunat bisa mandul.
“Tidak terbukti bahwa sirkumsisi ini bisa menyebabkan pasangannya tidak bisa hamil atau mandul,” kata Andon.
Faktor utama yang menentukan kesuburan pria adalah kualitas sperma. Kata Andon, jika kualitas sperma memenuhi tiga syarat utama, maka wanita yang dibuahi tetap bisa hamil meski pasangannya belum pernah sunat.
Ketiga faktor itu di antaranya adalah jumlah, bentuk, dan gerakan sperma itu sendiri.
Kualitas sperma berkaitan erat dengan gaya hidup yang dijalani pria. Kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, jarang berolahraga hingga obesitas bisa membuat kualitas sperma menurun.
“Stres juga berpengaruh. Makanya tidak ada hubungan antara sunat dan kualitas sperma,” kata dia.
Menjaga kesehatan reproduksi dengan sunat
Meskipun tak ada kaitannya dengan kemandulan, Andon tetap menyarankan agar pria disunat.
Sunat pada dasarnya dilakukan dengan memotong kulit kulup yang ada di kepala penis pria.
Jika kulit kulup itu tidak dipotong atau dihilangkan, bisa menjadi tempat berkumpulnya bakteri dan kotoran. Jika dibiarkan, kotoran akan menumpuk dan rentan menyebabkan infeksi pada organ reproduksi pria.
Beberapa masalah kesehatan yang bisa muncul jika pria tidak sunat antara lain:
- keputihan,
- infeksi jamur,
- infeksi trichomonas,
- infeksi klamidia,
- infeksi herpes genital,
- kanker leher rahim.
“Jadi bukan soal mandul atau tidak mandul, tapi kebersihan alat reproduksi buah dari sunat. Makanya sunat itu sangat disarankan untuk dilakukan,” katanya.